Rabu, 11 Desember 2013

Fisabilillah untuk sang TINTA HITAM


Sebut saja Ifa, aku anak SMA TARUNA dan sekarang duduk dikelas X, ini hari senin yang kutunggu-tunggu, tepat tanggal 16 juli ultahku yang ke-17. teman-temanku bilang di umurku yang segini aku sudah dewasa, tapi tidak bagiku. Entahlah walaupun aku senang dan gembira tapi persaan ku terasa gelisah.
” Fa  .  . . kesini !” Bella memanggilku dengan nada keras, akupun menghampirinya sambil memukul pundaknya.
” Assalamualaikum. . .  Ada apa, ku rasa bisa dong manggil dengan nada pelan. ”
” Walaikum salam . . . Ihhh . . .  kamu nggak pernah berubah, akukan udah terbiasa dengan suara yang begini, mau digimanain lagi, suarakan nikmatnya Allah jadi aku nggak bisa robah semau ku dong ”
”Udah ah, tadi manggil kanyak kehilangan iman aja, sekarang ngomong kayak kesambet, ada apa, bella cantik ?”
” Siapa sih yang dirumah kamu ? tadi kebetulan aku lewat depan rumah kamu, ada hajatan ya, kamu bakal ngerayain ultah ya, kamu kok nggak ngundang sih ?”
” Aku juga nggak tau Bel, mungkin saja tamu ayah atau mungkin juga teman bunda. ”
Setelah mendengarkan jawabanku Bella pergi keruang kelas gitu aja tampa mengucapan salam, sepertinya ayah atau bunda akan beri kejutan untukku. Tapi perasaanku makin tambah gelasah.
Aku belajar seperti biasanya, dulu sebelum aku masuk kesekolah ini,ayah selalu saja mengharapkan aku bisa lulus saat dites, masih terngiang dibenakku apa yang dikatakan ayah, guru-guru yang bermutu, pendidikan yang terjamin, tapi ternyata semua sama saja dengan sekolah dimana anak-anak yang tak mampu bersekolah. Terkadang aku juga sering kesal dengan perlakuan guru-guru terhadap kami, mereka pandai memberi tugas padahal terkadang aku dan teman-teman yang lain belum paham dengan yang beliau ajarkan tapi kalau salah bukannya diajari malah dihukum. Penerapan pendidikan seperti ini masih tetap saja menghantui gaya pengajaran serta pendidikan di sekolah. Republik Indonesia tercinta ini, belum lagi murid-murid yang sombong, membanggakan harta orang tua mereka dan setiap ada yang tidak ku ketahui aku menanyakanya keguru, tapi kebiassaan buruk yang terjadi di sekolahku sudah mendarah daging, yaitu menorakkan siswa yang selalu bertanya, mereka berfikir setiap siswa yang bertanya adalah siswa yang tergolong bodoh, namun hal itu tak menyurutkan aku untuk selalu bertanya. Ibarat kata pepatah, bak pinang di benah dua sama saja.
Waktu istirahatpun tiba, hari ini aku puasa senini-kamis, pola diet yang selalu jadi langgananku, aku berjalan menuju kemushala sekolah buat shalat dhuha, tak begitu jauh dari kelasku, hanya butuh melewati 3 ruang aku akan sampai kesana. Selesai berwudhu akupun shalat.
” Ya Allah, Ya Rahman, hilangkanlah kegelisahan hati hamba, hamba tahu, engkau maha penyejuk setiap hati. Ya Hayyun, kuatkan hamba dalam memberi puasa ini buat kak fadly, dia telah banyak memberikan saya pengajaran tentang arti hidup ya Allah, jadikanlah Puasa hamba Sebagai obat Buat kesembuhannya Ya Allah. Hamba tahu engkau pemilik obat dari segala penyakit, hamba tahu Ya allah, jabahlah Do’a Hambamu yang lemah tak berdaya ini Ya Allah . Amin”
Bening suci jatuh dari pelupuk mataku, fadly adalah tetangga yang selalu menemiku dikala ayah taupun bunda sibuk dengan pekerjaan mereka. Tapi sekarang dia sedang kritis dirumah sakit, untuk bantu dengan mareri. Mereka tidak membutuhkannya karana mereka juga punya kehidupan yang berkecukupan sepertiku, aku hanya bisa membantunya dengan puasaku, dengan do’aku. Karana kak Fadly sering bilang, hidup adalah nuansa yang paling indah, namun kehidupan tidak akan terbanyar dengan uang. Sampai sekarang aku masih berharap kak Fadly menjelaskan apa maksud dari kata-kata itu.
Setelah aku memasukkan mukenaku kedalam tas, akupun kembali keruanganku. Kegelisahanku tak urung pergi, aku selalu berzikir, entah apa yang terjadi akupun bingung. Sampai ahirnya waktu pulangpun tiba.
Aku berlari kecil kegerbang sekolah, ternyata mang habab, sopir pribadi ayah sudah menanti-nanti kedatanganku.aku mengajaknya buat menjenguk kak fadly kerumah sakit.
” Mang, kita kerumah sakit dulu ya, perasasan Ifa nggak enak dari tadi. Ifa takut kak Fadly kenapa-napa mang.”
” Iya Fa, mamang akan antar Ifa kesana tapi sebentar saja ya”
Mamang melajukan avanzanya kearah rumah sakit, sesampainya disana dia aku mengajak,mamang untuk ikut bersamaku keruang kak Fadly. Tepat didepan ruangan yang bertulisakan ” ICU” itu aku berdiri. Akau kesal tak di izinkan masuk oleh perwatnya. Aku menghampiri ante Anna ibunya kak Fadly, sungguh sangat kurasakan harapnya seorang ibu akan kesembuhan anakanya,.
Aku pamit karna harus buru-buru pulang, sesampainya dirumah bukan pakaian yang aku ganti tapi air wudhu yang akau ambil. Selepas 2 raka’at shalat aku langsung bedo’a.
” Ya Allah, engkau penggenggam langit dan bumi, engkau maha berilmu tentu engkau mencintai orang yang berilmu. Ya Allah tunjukkan kasihmu pada kak Fadly ya Allah, izinkan dia untuk menunakann cita-cita untuk membuat sekolah yang benar-benar mampu mendidik anak-anak bangsa ini Ya Rahman, selamatkan ia dari pergelutan mautnya ya Allah. Amin”
***
  Terdengar suara teriakan dari lapangan basket, teriakan yang tidak seperti biasanya anak-anak cewek berlari-lari bergelut dengan teman-temannya. Usut dengar usut ternyata itu suara penonton yang ketakutan melihat anak basket cowok berantem, hal yang sudah tidak asing lagi didengar telinga kita. Tidak terima dengan kekalahan dan akhirnya adu kekuatan yang melibihi moral kita sebagai saudara dalam satu tujuan yaitu meraih ilmu.
Sekarang tidak ada lagi pendidikan khusus tentang moral, hanya ada PKN dan itu sudah tidak diperhitungkan lagi, teknologi dan sains yang dincar-incar sampai-sampai teroris dimana-mana karna tidak ada rasa kemanusiaaan lagi yang ditanamkan di sekolah-sekolah.
Aku selalu meresa geram setiap kali melihat perlakuan murid-murid kepada guru-guru, tidak ada rasa hormat, bahkan terkadang guru-guru malah dianggap teman sebaya. Mana penghargaan buat mereka yang mampu membuat kita menjadi orang yang dipandang. Fikiranku berlari kecil kesekolah mendengar kak Fadly menanyakan kabar sekolahku.
” lho kok malah menghayal sih  ?”
” seperti biasa belum ada yang berubah dengan sekolah, bahkan tadi waktu di sekolahan anak – anak pada berantem.
 Ruangan yang berAC itupun senyap tidak ada suara, sampai aku membuka suara
” kak, hari ini terakhir aku sekolah kak, karna ayah sudah gulung tikar, semuanya ditarik sama Bank, ayah gagal proyek. Dan kami akan pindah. Ayah benar-benar kehilangan semuanya, tapi aku tetap bersyukur kak, ayah masih tetap bisa bersama kami”
Kak Fadly tak bersuara sedikitpun, dia hanya menetapaku dengan rasa iba, aku berpamitan untuk pulang dan berpamitan untuk terakhir kalinya. Kulangkahkan kaki dengan berat sekali, tapi tidak ada yang bisa ku perbuat.
Sekarang hari-hari yang kujalani sangat berat, akhirnya aku meresakan juga pahitnya hidup anak-anak jalan, tidak sekolah, bahkan makan hanya dapat satu kali dalam sehari, belum lagi harus menghindar dari ketakutan polisi yang selalu saja menghalangi kebahagian mereka.
Aku menatap matahari pagi dengan rasa rindu akan kak Fadly yang selalu memberikan ketenangan tiap kali aku merasa ketakutan,bahkan disaat akau merasa gagal sekalipun, entah mengapa aku merasa kak Fadly pasti akan mendatangiku.
2 tahun berlalu setelah aku meninggalakan kehidupan yang serba ada, pindah kekehidupan yang aku sendiripun bingung untuk menjalaninya. Walaupun tak seburuk mereka yang harus banting tulang hanya untuk menyambung hidup, tapi cita-citaku untuk menjadi spycolog tak mampu ku gapai, bunda setahun yang lalu telah meninggalkan kami, dan pergi dengan wanita yang katanya mampu memberikan kebahagian buatnya.
Aku dan ayah tak membenci beliau, ayah menerima keputusan bunda, tapi aku sangat sedih, harus kehilangn figur seorang ibu. Namun entah kenapa disaat getir seperti itu, disaat aku melamar pekerjaan disebuah perusahaan swasta, aku bertemu dangan kak Fadly, ternyata harapanku selama ini menjadi kenyataan, aku bercerita banyak dengannya, tentang kuliahku yang gagal, tentang bunda juga tentang harapku akan sistem pendidikan yang sampai sekarang belum juga berubah.
Ternyata  papanya kak Fadly telah mengembangkan sayap perusahaannya, dan tempat aku melamar pekerjaan itu adakah perusaahan milik mereka. Beberapa bulan berjalan, aku kaget saat kak Fadly melamarku, dia beri mahar kuliah spycolg dan berjanji akan mendirikan sekolah yayasan buat siapa saja, namun dengan sistem pendidikan yang diimpikan selama ini.
Aku bahagia sekali, tidak sia- sia, do’a dan juga kesabaran yang aku tuangkan dalam hidupku selama ini, yayasan yang kami dirikan itu sekarang sudah punya 5 cabang dan ribuan siswa –siswi. Aku juga telah menyelesaikan spycolog anak, dan sekaranga aku sedang menjalani kuliah untuk jadi spikiater,aku ingin tahu apa yang anak –anak  inginkan, akau ingin tahu apa yang mereka harapkan dari ilmu yang mereka peroleh, guru-guru yang mengajar di yayasan Fisabilillah untuk sang tinta hitam, itu nama yayasan yang kami dirikan, sebagai simbol dari perjuangan dalam meraih cita-cita pendidikan Indonesia kami itu telah mendapatkan berbagai pengahargaan dari pemerintah, siswa-siswi yang kami bina disana telah berkeliling dunia, menghadiri undangan berbagai negara.
Sungguh kekuatan cinta, ilmu, dan amal tiada tandingnya. Jika kita mampu untuk bersabar dan terus menganggap bahwa skenario cinta Allah itu indah, aku akan terus berjuang untuk sistem pendididkan Indonesia tercinta.