Sebut saja Ifa,
aku anak SMA TARUNA dan sekarang duduk dikelas X, ini hari senin yang
kutunggu-tunggu, tepat tanggal 16 juli ultahku yang ke-17. teman-temanku bilang
di umurku yang segini aku sudah dewasa, tapi tidak bagiku. Entahlah walaupun
aku senang dan gembira tapi persaan ku terasa gelisah.
” Fa . . .
kesini !” Bella memanggilku dengan nada keras, akupun menghampirinya sambil
memukul pundaknya.
”
Assalamualaikum. . . Ada apa, ku rasa
bisa dong manggil dengan nada pelan. ”
” Walaikum
salam . . . Ihhh . . . kamu nggak pernah
berubah, akukan udah terbiasa dengan suara yang begini, mau digimanain lagi,
suarakan nikmatnya Allah jadi aku nggak bisa
robah semau ku dong ”
”Udah ah, tadi
manggil kanyak kehilangan iman aja, sekarang ngomong kayak kesambet, ada apa,
bella cantik ?”
” Siapa sih
yang dirumah kamu ? tadi kebetulan aku lewat depan rumah kamu, ada hajatan ya,
kamu bakal ngerayain ultah ya, kamu kok nggak ngundang sih ?”
” Aku juga
nggak tau Bel, mungkin saja tamu ayah atau mungkin juga teman bunda. ”
Setelah
mendengarkan jawabanku Bella pergi keruang kelas gitu aja tampa mengucapan
salam, sepertinya ayah atau bunda akan beri kejutan untukku. Tapi perasaanku
makin tambah gelasah.
Aku belajar
seperti biasanya, dulu sebelum aku masuk kesekolah ini,ayah selalu saja
mengharapkan aku bisa lulus saat dites, masih terngiang dibenakku apa yang
dikatakan ayah, guru-guru yang bermutu, pendidikan yang terjamin, tapi ternyata
semua sama saja dengan sekolah dimana anak-anak yang tak mampu bersekolah.
Terkadang aku juga sering kesal dengan perlakuan guru-guru terhadap kami,
mereka pandai memberi tugas padahal terkadang aku dan teman-teman yang lain
belum paham dengan yang beliau ajarkan tapi kalau salah bukannya diajari malah
dihukum. Penerapan pendidikan seperti ini masih tetap saja menghantui gaya
pengajaran serta pendidikan di sekolah. Republik Indonesia tercinta ini, belum
lagi murid-murid yang sombong, membanggakan harta orang tua mereka dan setiap
ada yang tidak ku ketahui aku menanyakanya keguru, tapi kebiassaan buruk yang
terjadi di sekolahku sudah mendarah daging, yaitu menorakkan siswa yang selalu
bertanya, mereka berfikir setiap siswa yang bertanya adalah siswa yang
tergolong bodoh, namun hal itu tak menyurutkan aku untuk selalu bertanya. Ibarat kata pepatah, bak pinang di benah dua sama saja.
Waktu
istirahatpun tiba, hari ini aku puasa senini-kamis, pola diet yang selalu jadi
langgananku, aku berjalan menuju kemushala sekolah buat shalat dhuha, tak
begitu jauh dari kelasku, hanya butuh melewati 3 ruang aku akan sampai kesana. Selesai berwudhu akupun shalat.
” Ya Allah, Ya
Rahman, hilangkanlah kegelisahan hati hamba, hamba tahu, engkau maha penyejuk
setiap hati. Ya Hayyun, kuatkan hamba dalam memberi puasa ini buat kak fadly,
dia telah banyak memberikan saya pengajaran tentang arti hidup ya Allah,
jadikanlah Puasa hamba Sebagai obat Buat kesembuhannya Ya Allah. Hamba tahu engkau
pemilik obat dari segala penyakit, hamba tahu Ya allah, jabahlah Do’a Hambamu
yang lemah tak berdaya ini Ya Allah . Amin”
Bening suci
jatuh dari pelupuk mataku, fadly adalah tetangga yang selalu menemiku dikala
ayah taupun bunda sibuk dengan pekerjaan mereka. Tapi sekarang dia sedang
kritis dirumah sakit, untuk bantu dengan mareri. Mereka tidak membutuhkannya
karana mereka juga punya kehidupan yang berkecukupan sepertiku, aku hanya bisa
membantunya dengan puasaku, dengan do’aku. Karana kak Fadly sering bilang,
hidup adalah nuansa yang paling indah, namun kehidupan tidak akan terbanyar
dengan uang. Sampai sekarang aku masih
berharap kak Fadly menjelaskan apa maksud dari kata-kata itu.
Setelah aku
memasukkan mukenaku kedalam tas, akupun kembali keruanganku. Kegelisahanku tak
urung pergi, aku selalu berzikir, entah apa yang terjadi akupun bingung. Sampai
ahirnya waktu pulangpun tiba.
Aku berlari
kecil kegerbang sekolah, ternyata mang habab, sopir pribadi ayah sudah
menanti-nanti kedatanganku.aku mengajaknya buat menjenguk kak fadly kerumah
sakit.
” Mang, kita
kerumah sakit dulu ya, perasasan Ifa nggak enak dari tadi. Ifa takut kak Fadly kenapa-napa mang.”
” Iya Fa,
mamang akan antar Ifa kesana tapi sebentar saja ya”
Mamang
melajukan avanzanya kearah rumah sakit, sesampainya disana dia aku
mengajak,mamang untuk ikut bersamaku keruang kak Fadly. Tepat didepan ruangan
yang bertulisakan ” ICU” itu aku berdiri. Akau kesal tak di izinkan masuk oleh
perwatnya. Aku menghampiri ante Anna ibunya kak Fadly, sungguh sangat kurasakan
harapnya seorang ibu akan kesembuhan anakanya,.
Aku pamit karna
harus buru-buru pulang, sesampainya dirumah bukan pakaian yang aku ganti tapi
air wudhu yang akau ambil. Selepas 2 raka’at shalat aku langsung bedo’a.
” Ya Allah,
engkau penggenggam langit dan bumi, engkau maha berilmu tentu engkau mencintai
orang yang berilmu. Ya Allah tunjukkan kasihmu pada kak Fadly ya Allah, izinkan
dia untuk menunakann cita-cita untuk membuat sekolah yang benar-benar mampu
mendidik anak-anak bangsa ini Ya Rahman, selamatkan ia dari pergelutan mautnya
ya Allah. Amin”
***
Terdengar suara teriakan dari lapangan
basket, teriakan yang tidak seperti biasanya anak-anak cewek berlari-lari
bergelut dengan teman-temannya. Usut dengar usut ternyata itu suara penonton yang
ketakutan melihat anak basket cowok berantem, hal yang sudah tidak asing lagi
didengar telinga kita. Tidak terima dengan kekalahan dan akhirnya adu kekuatan
yang melibihi moral kita sebagai saudara dalam satu tujuan yaitu meraih ilmu.
Sekarang tidak
ada lagi pendidikan khusus tentang moral, hanya ada PKN dan itu sudah tidak
diperhitungkan lagi, teknologi dan sains yang dincar-incar sampai-sampai
teroris dimana-mana karna tidak ada rasa kemanusiaaan lagi yang ditanamkan di
sekolah-sekolah.
Aku selalu meresa
geram setiap kali melihat perlakuan murid-murid kepada guru-guru, tidak ada
rasa hormat, bahkan terkadang guru-guru malah dianggap teman sebaya. Mana
penghargaan buat mereka yang mampu membuat kita menjadi orang yang dipandang.
Fikiranku berlari kecil kesekolah mendengar kak Fadly menanyakan kabar
sekolahku.
” lho kok malah
menghayal sih ?”
” seperti biasa
belum ada yang berubah dengan sekolah, bahkan tadi waktu di sekolahan anak –
anak pada berantem.
Ruangan yang berAC itupun senyap tidak ada
suara, sampai aku membuka suara
” kak, hari ini
terakhir aku sekolah kak, karna ayah sudah gulung tikar, semuanya ditarik sama
Bank, ayah gagal proyek. Dan kami akan pindah. Ayah benar-benar kehilangan
semuanya, tapi aku tetap bersyukur kak, ayah masih tetap bisa bersama kami”
Kak Fadly tak
bersuara sedikitpun, dia hanya menetapaku dengan rasa iba, aku berpamitan untuk
pulang dan berpamitan untuk terakhir kalinya. Kulangkahkan kaki dengan berat
sekali, tapi tidak ada yang bisa ku perbuat.
Sekarang
hari-hari yang kujalani sangat berat, akhirnya aku meresakan juga pahitnya
hidup anak-anak jalan, tidak sekolah, bahkan makan hanya dapat satu kali dalam
sehari, belum lagi harus menghindar dari ketakutan polisi yang selalu saja
menghalangi kebahagian mereka.
Aku menatap
matahari pagi dengan rasa rindu akan kak Fadly yang selalu memberikan
ketenangan tiap kali aku merasa ketakutan,bahkan disaat akau merasa gagal
sekalipun, entah mengapa aku merasa kak Fadly pasti akan mendatangiku.
2 tahun berlalu
setelah aku meninggalakan kehidupan yang serba ada, pindah kekehidupan yang aku
sendiripun bingung untuk menjalaninya. Walaupun tak seburuk mereka yang harus
banting tulang hanya untuk menyambung hidup, tapi cita-citaku untuk menjadi
spycolog tak mampu ku gapai, bunda setahun yang lalu telah meninggalkan kami,
dan pergi dengan wanita yang katanya mampu memberikan kebahagian buatnya.
Aku dan ayah
tak membenci beliau, ayah menerima keputusan bunda, tapi aku sangat sedih,
harus kehilangn figur seorang ibu. Namun entah kenapa disaat getir seperti itu,
disaat aku melamar pekerjaan disebuah perusahaan swasta, aku bertemu dangan kak
Fadly, ternyata harapanku selama ini menjadi kenyataan, aku bercerita banyak
dengannya, tentang kuliahku yang gagal, tentang bunda juga tentang harapku akan
sistem pendidikan yang sampai sekarang belum juga berubah.
Ternyata papanya kak Fadly telah mengembangkan sayap
perusahaannya, dan tempat aku melamar pekerjaan itu adakah perusaahan milik
mereka. Beberapa bulan berjalan, aku kaget saat kak Fadly melamarku, dia beri
mahar kuliah spycolg dan berjanji akan mendirikan sekolah yayasan buat siapa
saja, namun dengan sistem pendidikan yang diimpikan selama ini.
Aku bahagia
sekali, tidak sia- sia, do’a dan juga kesabaran yang aku tuangkan dalam hidupku
selama ini, yayasan yang kami dirikan itu sekarang sudah punya 5 cabang dan
ribuan siswa –siswi. Aku juga telah menyelesaikan spycolog anak, dan sekaranga
aku sedang menjalani kuliah untuk jadi spikiater,aku ingin tahu apa yang anak
–anak inginkan, akau ingin tahu apa yang
mereka harapkan dari ilmu yang mereka peroleh, guru-guru yang mengajar di
yayasan Fisabilillah untuk sang tinta hitam, itu nama yayasan yang kami
dirikan, sebagai simbol dari perjuangan dalam meraih cita-cita pendidikan
Indonesia kami itu telah mendapatkan berbagai pengahargaan dari pemerintah,
siswa-siswi yang kami bina disana telah berkeliling dunia, menghadiri undangan
berbagai negara.
Sungguh
kekuatan cinta, ilmu, dan amal tiada tandingnya. Jika kita mampu untuk bersabar
dan terus menganggap bahwa skenario cinta Allah itu indah, aku akan terus
berjuang untuk sistem pendididkan Indonesia tercinta.