Sekarat 99: Sujud Cinta Mengudara _
Entah apa, sepertinya selalu ada senyum disudut bibirnya. Aku bahkan tidak tahu bagian mana yang paling ku suka. Apakah wajahnya yang memancarkan cahaya? Apakah matanya yang meneduhkan? Apakah rambutnya yang hitam dan lembut? Apakah parasnya yang menenangkan?
Malam itu, langkahku malu-malu dihadapannya, seakan ada cahaya yang aku terima saat melihatnya. "Aku gila" fikirku, tapi tidak.
Setelah perjumpaan itu, kami kembali bertemu ditempat yang berbeda, dia menegurku
"Jangan umbar auratmu"
Satu kalimat yang membuatku seakan memasuki dunia lain, dunia yang tidak pernah aku kenal sebelumnya, yang aku lihat hanya kalimat-kalimat itu, kalimat itu seakan menghantui ruhku...bergentayangan di dalam kesedihanku, langkahku, makanku, bahkan tidurku
Tepat satu pekan setelah pertemuan yang tidak pernah direncanakan itu berlalu, aku mulai memperbaiki penampilanku, aku merasa seakan-seakan aku akan berjumpa dengannya secara tiba-tiba lagi seperti sebelumnya.
"Bagaimana kalau berjumpa nanti, dia melihatku seperti ini lagi, mana mungkin dia menyukai styleku, rok di atas paha dan rambut yang terurai berayun-ayun bila aku berjalan" fikirku saat itu.
Tapi itu hanyalah mimpiku.
Nyatanya, aku tidak pernah melihatnya lagi.
Hari itu, aku bersyahadat kembali menyaksikan diri bahwa aku sangat meyakini Allah itu Esa, Muhammad itu adalah pembawa kabar gembira.
Ya, seperti gembiranya aku dihari itu, hari dimana usiaku 20 tahun dan aku kembali menjadi saksi akan KeesaanNya.
Kudengar suara halus-halus yang ada di belakangku "Alhamdulillah, dia kembali bertobat"
Aku tau, banyak hal yang telahku buat, tapi apa yang bisa membawaku pada penghambaan ini? Cintakah ini? Atau tipuan hati?
Bertahun-tahun berlalu, aku menyadari bahwa dia hanya mimpiku. Hingga aku dengar dari sahabatku bahwa orang yang selama ini aku tunggu akan melangsungkan majlis walimahan di Syawal ini
Aku tersenyum membalas informasi dari sahabatku itu, semua seperti hal yang tidak asing tapi sungguh kata-katanya seperti mantra-mantra yang menumbalkanku
Inikah cinta?
Berhari-hari aku seperti makhluk yang mati, hampir memasuki tahun ke lima aku menunggunya, aku memperbaiki diriku dan kecintaanku padaNya tapi ternyata, dia bukan disediakan untukku
Bukan hal yang mudah untuk aku bisa menyesuikan diriku tanpa memikirkannya, bahkan aku kehilangan beberapa titik fokusku.
Dulu, tahun kedua dalam diamku mencintainya, aku didzolimi oleh saudaraku sendiri, tentang cintanya pada orang yang aku cintai, vatalnya dia menumbalkanku.
Fikirku "tidakkah dia mengenal pemilik 99 Nama yg segala Maha itu? Jika tidak, kemana dia selama ini? Jika kenal, lalu apa maksud dari semua ini? Sekaratkah dia dengan 99 Nama yang segala Maha itu? Tapi kenapa? Cintakah yang memaksanya? Atau nafsukah ? Dia cantik, dia cerdas, sarah apa yang merubahmu cantik?"
Kejutan Cinta sang Bidadari Melodycinta (syaulul)
Jumat, 26 Februari 2016
Minggu, 22 Juni 2014
Golput bukan Salahku
Sahabat setiaku, segala puji kemahaan-Nya, malam ini aku masih bisa menuliskan beberapa analisaku tentang kehidupan ini. Tulisanku kali ini terinspirasi dari soal ujian semeter 6 ku pada mata kuliah semantik beberapa hari yang lalu. karena di sana aku tidak bisa mengulasnya begitu detail efek kertasnya yang dituntut untuk hemat dan waktu yang terbatas .. hihihi....Namun seperti biasa sebelum menuliskannya, aku harus terlebih dahulu mencari sumber-sumber rujukan yang melogiskan tulisanku.
Alhamdulillah, malam ini, Allah beri aku kesempatan lagi, untuk bertemu dengan satu permasalahan. tentang debat capres. hingga bertambahlah pemahamanku kenapa pada akhirnya sebagaian orang memilih untuk golput (golongan putih).
selain itu pula, aku juga terinpirasi dari dua kubu yang saling menjatuhkan dan mengatakan kalau dirinyalah yang benar dan baik. padahal pada dasarnya adalah, yang baik itu tidak akan pernah menyatakan dirinya baik.
satu lagi yang menjadi dasar apa yang membuat aku tertarik dengan soalan ini, yakni pernyataan sahabat nonmuslimku tentang pernyataan yang dicetuskan oleh komunitas dakwah tersebut.
Bagiku, tidak ada yang salah dengan golongan ini. namanya saja sudah golongan putih. bila di analisa..putih ini biasa melabangkan kebersihan, kebaikan dan kesuciankan ?
Golput di negara demokrasi seperti kita sekarang ini dianggap sebagai kesalahan. Tidak menggunakan hak suara yang dimiliki adalah seperti sebuah penyia-nyiaan. Nyatanya, ada terlalu banyak orang yang tak peduli tentang siapa yang akan memimpinnya kelak. Apalagi jika batas pemikiran mereka hanya sampai apa yang akan mereka makan besok. Bagaimana mau peduli, siapa pun yang pada akhirnya memimpin tidak akan berpengaruh banyak bagi mereka.
Secara keilmuan mereka pun kurang memadai. KPU harus sering-sering mengedukasi mereka untuk jadi pemilih yang pintar. Menyedihkan jika mereka hanya pandai memilih siapa calon yang mau datang ke kampung mereka atau punya cukup banyak uang untuk menyantuni saudara-saudara mereka.
Kalau kita melihat ke kota, dimana banyak profesional bercokol dan bekerja di kantor-kantor, barulah kita menjumpai apa yang kusebut sebagai pemilih pintar. Yaitu orang yang bisa cukup melek politik. Dan mengerti mana pemimpin yang bagus, mana yang tidak. Itu pun sebenarnya karena mereka punya kepentingan di dalamnya tapi setidaknya itu cukup untuk membuat mereka jadi pemilih yang pintar. Dan perlu diketahui jumlah mereka tidak terlalu banyak.
Aku jadi teringat dengan konsep demokrasinya Plato yang kata orang sebagai cikal bakal demokrasi sekarang ini padahal berbeda. Demokrasi kita membuat semua orang memilik hak pilih. Kalau demokrasi Plato mengatakan bahwa, hanya orang yang sudah cukup ukhrawi (sufistik) yang tak lagi memikirkan diri sendiri dan dunia sehingga ia sudah cukup bijak, hanya merekalah yang boleh memilih.
Demokrasi yang kita buat sekarang ini terlalu banyak mudratnya.
1. Dengan mengikutkan pemilih bodoh, suara akan rusak
Jika ada calon yang punya cukup banyak uang untuk mengelabui si pemilih bodoh yang jumlahnya banyak maka ia bisa menang dari calon yang lebih pantas jika mereka miskin. Itulah yang kurasa menyebabkan banyak rakyat miskin menyesal punya presiden mereka. Apa boleh buat, itu salah mereka sendiri karena terpesona dengan iklan dan TV. Mereka tak benar-benar tahu mana yang terbaik.
2. Dalam sila ke-4 yang ada Permusyawaratan bukan Demokrasi
Dalam sistem musyawarah, yang juga diusung Nabi, suara yang sedikit pun bisa menang, jika pendapatnya kuat. Karena mayoritas belum tentu benar (Coba ingat pada zaman jahiliyah dan jahiliyah modern, mana yang lebih banyak, kebaikan atau keburukan?)
Demokrasi menghendaki yang banyak yang menang. Calon yang punya kekuatan besarlah yang bisa menguasai forum. Rimba kan?
Jadi, dari pada si bodoh-bodoh ini meramai-ramaikan pemilu dan mengacaukan suara baik kurasa lebih baik jika mereka tidak usah memilih saja. Masalahnya adalah negara memprovokasi mereka, supaya marah kalau hak suaranya diambil. Tapi Alhamdulillah, masih banyak orang yang kalau diambil hak suaranya mereka masih berkata, “bodo wae”
Jadi pertanyaan apa kalian cukup pintar untuk memilih? Soalnya kalau tidak, tanpa mengurangi rasa hormat, lebih bagus gak usah aja (serahkan saja pada yang ahli)
aku rasa pernyataan "Indonesia Milik Allah" itu selain mengandung unsur sara, namun juga ada hal positif dan negatifnya.
Dalam lembaran jawaban yang aku punya, aku isi seperti ini
positifnya : orang akan mengangap bahwa segala sesuatu yang ada di indonesia ini milik Allah sehingga apapun itu yang mereka kerjakan akan kembali kepada Allah, pada akhirnya akan membuat mereka sadar bahwa mereka harus baik-baik kepada bumi Indonesia (bagi orang yang berilmu, beriman dan menyakini Allah di hatinya)
negatifnya : orang akan berfikir bahwa setiap yang ada di Indonesia karena milik Allah, artinya apapun boleh di ambil, kan itu milik Allah, bukan miliknya..artinya dia boleh mengambil hak orang lain, tanah orang lain, buahan0buahan orang lain "itukan milik Allah" ( bagi orang yang tidak berilmu, tidak beriman dan tidak ada Allah di hatinya).
Lalu untuk pernyataan sahabatku yang nonmuslim : "kan, bukan Indonesia saja ?"
lalu ini jawabanku : ya, bukan Indonesia saja namun mereka yang mencetuskan kata-kata tersebut juga begitu berambisi untuk menegakkan negara khilafah lalu menolak mentah-mentah sistem demokrasi yang dalam edeologi mereka itu adalah produk negara sekuler.
Tidak ada yang salah dengan demokrasi dan tidak ada yang salah dengan negara khilafah. yang salah itu adalah ambisi-ambisi para tokoh di dalamnya. (ini hanya akan dimengerti bagi yang berfikir dan berilmu serta yang selalu Allah dihatinya).
Ditambah lagi untuk yang paling penting pada persoalan ini, "tidak ada yang salah dengan golput, yang salah itu adalah siapa yang membuat mereka pada akhirnya memilih untuk golput".
Pemilih cerdas itu adalah yang memikirkan semua tanpa terkecuali, yang meletakkan segalanya pada dasar hukum Allah dan Nabi
semoga menjadi pemilih yang berilmu dan beriman.
Selasa, 17 Juni 2014
Berita Buruk dan Ucapan
setiap yang berlaku dalam hidupku menjadikanku belajar dan terus belajar untuk memperbaiki diri...kejadian demi kejadian aku tulis sebagai pengingat bagi diriku sendiri.
1. Kebenaran Berita/Ucapan
"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu". Q.S Al Hujurat : 6
Allah menyuruh kita untuk terlebih dahulu memastikan kebenaran berita yang sampai kepada kita, hingga tidak menyesal nantinya,jika berita itu ternyata salah namun kita telah menyakiti orang yang dikatakan di dalam beritanya.
2. Ucapan yang Santun
Konflik dan keresahan tidak dapat dihindari jika orang-orang hanya bersikukuh pada ucapannya, jika mereka hanya mementingkan kesenangannya sendiri tanpa bersedia melakukan kompromi atau pengorbanan bahkan tidak bersedia mendengarkan penjelasan seseorang. Bagaimanapun, orang-orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah tidak bersikap seperti itu. Orang-orang yang beriman tidak mementingkan diri sendiri, suka memaafkan, dan sabar. Bahkan ketika mereka dizalimi, mereka bersedia mengabaikan hak-hak mereka. Mereka menganggap bahwa kedamaian, keamanan, dan kebahagiaan orang lain lebih penting dibandingkan dengan kepentingan pribadi mereka, dan mereka menunjukkan sikap yang santun. Ini merupakan sifat mulia yang diperintahkan Allah kepada orang-orang beriman:
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah kejahatan itu dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar.” (Q.s. Fushshilat: 34-5).
“Ajaklah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q.s. an-Nahl: 125).
Sebagaimana dinyatakan dalam ayat tersebut, sebagai balasan atas perbuatan baiknya bagi orang-orang yang beriman, Allah mengubah musuh mereka menjadi “teman yang setia”. Ini merupakan salah satu rahasia Allah. Bagaimanapun juga, hati manusia berada di tangan Allah. Dia mengubah hati dan pikiran siapa saja yang Dia kehendaki.
Dalam ayat lainnya, Allah mengingatkan kita tentang pengaruh ucapan yang baik dan lemah lembut. Allah memerintahkan Nabi Musa dan Harun a.s. agar mendatangi Fir‘aun dengan lemah lembut. Meskipun Fir‘aun itu zalim, congkak, dan kejam, Allah memerintahkan rasul-Nya agar berbicara kepadanya dengan lemah lembut. Allah menjelaskan alasannya dalam al-Qur’an:
“Pergilah kamu berdua kepada Fir‘aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.” (Q.s. Thaha: 43-4).
semoga kita terus belajar memperbaiki diri dan tetap istiqomah
1. Kebenaran Berita/Ucapan
"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu". Q.S Al Hujurat : 6
Allah menyuruh kita untuk terlebih dahulu memastikan kebenaran berita yang sampai kepada kita, hingga tidak menyesal nantinya,jika berita itu ternyata salah namun kita telah menyakiti orang yang dikatakan di dalam beritanya.
2. Ucapan yang Santun
Konflik dan keresahan tidak dapat dihindari jika orang-orang hanya bersikukuh pada ucapannya, jika mereka hanya mementingkan kesenangannya sendiri tanpa bersedia melakukan kompromi atau pengorbanan bahkan tidak bersedia mendengarkan penjelasan seseorang. Bagaimanapun, orang-orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah tidak bersikap seperti itu. Orang-orang yang beriman tidak mementingkan diri sendiri, suka memaafkan, dan sabar. Bahkan ketika mereka dizalimi, mereka bersedia mengabaikan hak-hak mereka. Mereka menganggap bahwa kedamaian, keamanan, dan kebahagiaan orang lain lebih penting dibandingkan dengan kepentingan pribadi mereka, dan mereka menunjukkan sikap yang santun. Ini merupakan sifat mulia yang diperintahkan Allah kepada orang-orang beriman:
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah kejahatan itu dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar.” (Q.s. Fushshilat: 34-5).
“Ajaklah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q.s. an-Nahl: 125).
Sebagaimana dinyatakan dalam ayat tersebut, sebagai balasan atas perbuatan baiknya bagi orang-orang yang beriman, Allah mengubah musuh mereka menjadi “teman yang setia”. Ini merupakan salah satu rahasia Allah. Bagaimanapun juga, hati manusia berada di tangan Allah. Dia mengubah hati dan pikiran siapa saja yang Dia kehendaki.
Dalam ayat lainnya, Allah mengingatkan kita tentang pengaruh ucapan yang baik dan lemah lembut. Allah memerintahkan Nabi Musa dan Harun a.s. agar mendatangi Fir‘aun dengan lemah lembut. Meskipun Fir‘aun itu zalim, congkak, dan kejam, Allah memerintahkan rasul-Nya agar berbicara kepadanya dengan lemah lembut. Allah menjelaskan alasannya dalam al-Qur’an:
“Pergilah kamu berdua kepada Fir‘aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.” (Q.s. Thaha: 43-4).
semoga kita terus belajar memperbaiki diri dan tetap istiqomah
Jumat, 13 Juni 2014
Para Syuhada Tidaklah Mati
sepulang dari jumpa temu syuro' ke-2 Riau Menggendong Anak Yatim, aku sempatkan diri untuk merujuk kepada Al-Qur'an, ternyata Allah telah mengungkapkan dalam al-Qur’an, bahwa orang-orang yang meninggal di jalan-Nya sesungguhnya tidaklah “mati”, tetapi hidup di sisi-Nya. Keadaan mereka ini diungkapkan dalam ayat-ayat sebagai berikut.
“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bersenang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Mereka bersenang hati dengan nikmat dan karunia yang besar dari Allah, dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman.” (Q.s. Ali Imran: 169-71).
“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati. Bahkan mereka itu hidup tetapi kamu tidak menyadarinya.” (Q.s. al-Baqarah: 154).
“Dan orang-orang yang gugur di jalan Allah, Allah tidak akan menyia-nyiakan amal mereka. Allah akan memberi pimpinan kepada mereka dan memperbaiki keadaan mereka, dan memasukkan mereka ke dalam surga yang telah diperkenankan-Nya kepada mereka.” (Q.s. Muhammad: 4-6).
“Maka Tuhan mereka mengabulkan permohonan mereka, ‘Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Aku hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik’.” (Q.s. Ali Imran: 195).
“Dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah, kemudian mereka dibunuh atau mati, benar-benar Allah akan memberikan kepada mereka rezeki yang baik. Dan sesungguhnya Allah adalah sebaik-baik pemberi rezeki. Sesungguhnya Allah akan memasukkan mereka ke dalam suatu tempat yang mereka menyukainya. Dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun.” (Q.s. al-Hajj: 58-9).
Banyak yang tidak mengetahui itu diantara kita, maka para syuhada tidaklah mati melainkan darah mereka ada dijiwa kita para pejuang selanjutnya. itulah sebabnya kenapa para syuhada itu selalu memimpikan dirinya menjadi syahid dan syahidah.
semoga kita termasuk pada golongan para syuhada
Senin, 09 Juni 2014
Perubahan Bukan untuk Ditunggu tapi Dimulai
Tanggal 06 Juni 2014, aku sempat membaca status sahabat di facebook tentang rasa yang berkecambuk saatt melihat orang-orang yang istiqomah dan di status dia berkata, "kapan ya aku bisa seperti mereka".
itu hanya salah satu saja, seperti Tren Jilbab sebagai Fenomena Perusak Akidah dan Akhirnya Tanggallah Jilbab . Salah satu alasan kuno yang paling sering kita gunakan ketika kita
mulai dipaksa untuk berjilbab adalah, “Belum tentu orang yang di
luar kelihatannya baik dalamnya juga baik, dan belum tentu orang yang
diluar kelihatannya jelek dalamnya juga jelek.”
Mungkin perlu kita tanyakan pada mereka yang tidak berjilbab untuk apa mereka sekolah. Mereka pasti menjawab supaya bisa mencari kerja. Lalu tanyakan lagi, “Emangnya setiap orang yang sekolah pasti diterima kerja gitu?” tentu saja jawaban aslinya tidak. Buktinya masih banyak lulusan S1 yang masih pengangguran tapi mereka pasti menjawab, “Kan cuma sedikit yang gak diterima. Lagi pula setidaknya kan kita berusaha, supaya peluang kita diterima lebih besar aja.”
Sekarang aku akan ujarkan
Mungkin perlu kita tanyakan pada mereka yang tidak berjilbab untuk apa mereka sekolah. Mereka pasti menjawab supaya bisa mencari kerja. Lalu tanyakan lagi, “Emangnya setiap orang yang sekolah pasti diterima kerja gitu?” tentu saja jawaban aslinya tidak. Buktinya masih banyak lulusan S1 yang masih pengangguran tapi mereka pasti menjawab, “Kan cuma sedikit yang gak diterima. Lagi pula setidaknya kan kita berusaha, supaya peluang kita diterima lebih besar aja.”
Sekarang aku akan ujarkan
“NAH ITU TAHU!!”
artinya, sama halnya dengan orang yang berjilbab tapi hatinya jelek. Setidaknya ada sekitar 15% masih diterima amalannya bukan. lalu dengan berjilbab akan mendapat peluang yang lebih besar lagi pastinya.
Para sahabtku yang yang menjawab seseorang tidak bisa dinilai sampulnya ini pun sebenarnya tahu, bahwa sebenarnya seseorang memang pertama kali dinilai dari sampulnya. Itu sebabnya mereka tidak berani untuk tampil seadanya, dengan piyama, rambut acak-acakan, dan tidak mandi saat menghadiri pertemuan dnegan teman-teman dan sebagainya.
Adalagi aku menemukan tuturan sahabat kepadaku.
Para sahabtku yang yang menjawab seseorang tidak bisa dinilai sampulnya ini pun sebenarnya tahu, bahwa sebenarnya seseorang memang pertama kali dinilai dari sampulnya. Itu sebabnya mereka tidak berani untuk tampil seadanya, dengan piyama, rambut acak-acakan, dan tidak mandi saat menghadiri pertemuan dnegan teman-teman dan sebagainya.
Adalagi aku menemukan tuturan sahabat kepadaku.
"kamu sih iya sudah dari kecil dididik ayahmu berjilbab, sedangkan aku?"
Terkadang aku jadi geli sendiri mendengar tuturan sahabatku ini. tidak semua berawal dari hati dan dari dulunya, terkadang seseirangpun melakukan itu karena paksaan. bakan tidak semuanya berlaku datang dari dalam. seperti iklan lesterin.... gunakan sampai 21 hari maka kamu akan rasakan efeknya dan akan terbiasa kata pepsodent.
Apalagi, Tentu
saja aku dulu juga merasa gerah dan kepanasan tapi karena belum begitu banyak
mendapat pengaruh lagu dan pengaruh TV dan Disney untuk melawan orang
tuaku, aku dengan mudah mengabaikan cobaan rasa panas dan gatal
itu walaupun pada akhirnya aku kebobolan gawang juga, aku tanggalkan jilbabku, namun pada akhirnya aku sadar waktuku hanya sebentar lagi menurutku saat itu mau berapa lama kalau mau menunggu, nanti aku keburu mati duluan.
Sama seperti usaha, jika kamu tidak mulai berjilbab sekarang dan terus saja menunggu hingga waktu yang tepat, percayakan kalau tidak akan pernah memulainya.
Yang perlu kita yang tidak berjilbab lakukan sekarang hanyalah memulai. Coba tahankan diri kita menahan ejekan teman-teman kita tiga hari saja.
Sama seperti usaha, jika kamu tidak mulai berjilbab sekarang dan terus saja menunggu hingga waktu yang tepat, percayakan kalau tidak akan pernah memulainya.
Yang perlu kita yang tidak berjilbab lakukan sekarang hanyalah memulai. Coba tahankan diri kita menahan ejekan teman-teman kita tiga hari saja.
Katakan saja
“dipaksa mama”
“karena guru” atau
alasan lain semacamnya jika mereka bertanya.
kita harus ingat Bang Irhas pernah
bilang,
Kalau dipikir, ada benernya juga kok.
“Walaupun kamu tidak mendapat kebaikan dari baju yang kamu kenakan
itu. Setidaknya ia telah menghindarkanmu dari keburukan dan
kemaksiatan.”
Kalau dipikir, ada benernya juga kok.
bayangkan saja saat menggunakan baju yang longgar dan menutup bentuk tubuh kamu, terus kamu juga sudah menggunakan jilbab yang panjang yang nutup sampai ke dada. kalau sudah berpenampilan begitu, pastinya kamu malu
dong untuk ngupil di depan umum, ya kan? Kamu juga bakal hati-hati
berbicara dan bersikap di tempat umum kayak angkot atau bis kota. Dan tak mungkin kamu pergi ke tempat-tempat maksiat kayak diskotik
dengan jilbab itu, ya kan?
Bayangin betapa
anggunnya penampilan kamu jadinya, gara-gara sebuah kain yang kamu
letakkan di atas kepalamu.
Dengan jilbab
kamu akan mulai menarik laki-laki yang baik ke dalam kehidupanmu.
Sedikit sekali berandalan yang mau deketin gadis berjilbab, mereka lebih
suka cewek yang paha dan lekuk tubuhnya diobral gratis buat mereka.
Dengan jilbab kamu juga akan mulai menarik teman-teman yang baik yang bisa menyemangatimu untuk jadi lebih baik lagi dan menjauhkanmu dari teman-teman lamamu yang suka mengajak ke tempat maksiat.
Aku yakin di sekitarmu masih ada orang-orang yang bisa membantu dan kamu tanyai jika kamu memang punya kemauan. Kalau pun tak ada, setidaknya kamu pasti masih punya hati kecil. Dengarkanlah, maka kamu akan tahu mana yang benar dan salah.
Jadi apa kamu masih mau menunggu untuk berjilbab? Atau kamu bisa mulai sekarang?
Dengan jilbab kamu juga akan mulai menarik teman-teman yang baik yang bisa menyemangatimu untuk jadi lebih baik lagi dan menjauhkanmu dari teman-teman lamamu yang suka mengajak ke tempat maksiat.
Aku yakin di sekitarmu masih ada orang-orang yang bisa membantu dan kamu tanyai jika kamu memang punya kemauan. Kalau pun tak ada, setidaknya kamu pasti masih punya hati kecil. Dengarkanlah, maka kamu akan tahu mana yang benar dan salah.
Jadi apa kamu masih mau menunggu untuk berjilbab? Atau kamu bisa mulai sekarang?
Sabtu, 07 Juni 2014
Kajian Semantik di dalam Buku Teks SMA
Judul Buku : Mahir Berbahasa Indonesia
Penyusun : Paulus Tukan, S.Pd.
Penerbit : Yudistira
Buku : KTSP SMA Kelas XII
Didalam
buku Yudistira terdapat materi yang berkaitan dengan matakuliah semantik materi
ini termasuk dalam bidang kebahasaan.
Pada pelajaran 4 illmu pengetahuan
dan teknologi, sebagai berikut.
- Menggunakan Berbagai Hubungan Makna Perlawanan dan Perbandingan (halaman 94-95).
- Menggunakan kata yang mengalami perubahan makna (halaman 193-195).
a.
Faktor penyebab perubahan
makna
b.
Jenis perubahan makna kata
(gambar 1)
(gambar 2)
(gambar 3)
(gambar 4)
(gambar 5)
Jumat, 06 Juni 2014
Berterimakasih Bagiku Adalah Kewajiban dan bentuk Syukur
kejadian ini berlangsung 3 minggu yang lalu, saat seorang teman mengajak saya masuk ke komunitas kepenulisannya. Saya mengucapkan terimaksih kepada ibu yang mengajak saya masuk ke komunitasnya, lalu tidak berapa lama kami bubar dari lingkaran, seorang sahabat berkata.
M : kenapa kok ami berterimaksih ke ibu itu, kan dia hanya mengajak saja, lagipula kerja yang lakukan adalah kerja ami. kok ami justru berterimaksih. itukan hak ami.
bagaimana menurut sahabat. Siapakah yang salah pada persoalan ini ? saya atau sahabat saya ?
menurut saya yang salah adalah sahabat saya. (ini bukan karena saya ada dalam persoalan ini ya). Jadi pada dasarnya bentuk syukur yang sesungguh-sungguhnya syukur itu adalah ketika kita mendapati sesuatu yang kecil. Misal, saya sudah seharian menyetrika kain-kain laundry saya, tahu-tahunya hari ini tidak ada yang menjemput. Tentu saya tidak ada pemasukan. sebenarnya di saat itulah Tuhan melihat keimanan sesungguhnya hati saya. Apakah ada syukur dalam dalam hati saya, atau saya hanya mengupat tidak jelas ?
Satu lagi, baru-baru ini saya kehilangan hp saya, apa yang harus saya lakukan ? apakah saya tetap bersyukur dan mengambil iktibar atau saya menghujat dan mendo'akan keburukan untuk dia yang saya sendiri tidak tahu siapa yang mengambilnya ?
Sebenarnya ini hal kecil, namun dari hal kecil ini, dilihat sejatinya dirinya. diri kita yang biasa berterimaksih kepada hal-hal kecil yang dilakukan orang lain sudah pasti menjadi satu keberkahan utnuk diri kita sendiri. Berterimaksih kepada manusia adalah bentuk syukur kita kepada Tuhan.
Hhal besar itu dimulai dari hal kecil. Komunitas yang besar, itu dia menjadi besar karena ada yang kecil di didalamnya. begitu juga dengan hal berterimaksih kepada sesuatu yang kecil. Tidak perlu menunggu hal besar yang di lakukan orang lain kepada kita, baru kita berterimaksih.
Misal, saat makan di rumah makan (kalau anak kuliahan biasa di ampera..hihi), tidak ada salahnyakan kita berterimaksih kepada penjual yang mengantarkan pesanan makanan kita ke meja makannya. pasti sahabat berfikir begini.
"kan kita bayar, udah tugas merekalah".
Coba kita fikirkan secara rasional.
apakah sebenarnya tujuan mereka berjualan ?
untuk mencari nafkah bukan ?
lalu apa tujuan kita untuk makan di sana ?
untuk mengisi perut yang lapar dan tidak sempat masakkan ?
lalu, apa bedanya kebutuhan kita dengan penjual nasi tersebut ? saling membutuhkan bukan ?
apa yang kita lakukan untuk mereka yang telah mengantarkan makanannya ke meja kita ? dengan membayar ? membayar itu memang sudah seharusnya, karena kita memakan makanan yang mereka buat dengan uang mereka. lalu apa ? BERTERIMAKSIHLAH.
mereka dengan relanya mengantarkan ke meja kita, lalu kita balas dengan terimaksih.
mereka membuat nasi dengan duit mereka, duit kita pula gantinya dengan kita membayar.
jadi hal kecillah yang membuat kita besar. Bukan itu saja, masih banyak hal-hal kecil yang seharsunya kita syukuri. berterimaksih adalah bentuk syukur. saya ulangi. berterimakasih adalah bentuk syukur.
kenapa saya tekankan pada pernyataan tersebut, karena banyak diantara kita yang sudah meleyapkan budaya beretrimaksih dan bersyukur.
ketika kita berterimakasih kepada ibu kita misalnya, artinya kita telah bersyukur Allah berikan ibu seperti beliau kepada kita.
ketika berterimaksih kepada kakak yang telah mendnegarkan keluh kesah kita, artinya kita bersyukur Tuhan sandingkan kita dengannya. jadi, Berterimaksih adalah bentuk syukur kita kepada Tuhan.
ini hanya analisis kecilku tentang kejadin-kejadian yang ada pada lingkunganku. mungkin saja dilingkungan sahabtku hal-hal kecil masih banyak yang perlu kita telaah secara mendalam. ini harus menjadi perhatian bersama.
Salam Cinta
M : kenapa kok ami berterimaksih ke ibu itu, kan dia hanya mengajak saja, lagipula kerja yang lakukan adalah kerja ami. kok ami justru berterimaksih. itukan hak ami.
bagaimana menurut sahabat. Siapakah yang salah pada persoalan ini ? saya atau sahabat saya ?
menurut saya yang salah adalah sahabat saya. (ini bukan karena saya ada dalam persoalan ini ya). Jadi pada dasarnya bentuk syukur yang sesungguh-sungguhnya syukur itu adalah ketika kita mendapati sesuatu yang kecil. Misal, saya sudah seharian menyetrika kain-kain laundry saya, tahu-tahunya hari ini tidak ada yang menjemput. Tentu saya tidak ada pemasukan. sebenarnya di saat itulah Tuhan melihat keimanan sesungguhnya hati saya. Apakah ada syukur dalam dalam hati saya, atau saya hanya mengupat tidak jelas ?
Satu lagi, baru-baru ini saya kehilangan hp saya, apa yang harus saya lakukan ? apakah saya tetap bersyukur dan mengambil iktibar atau saya menghujat dan mendo'akan keburukan untuk dia yang saya sendiri tidak tahu siapa yang mengambilnya ?
Sebenarnya ini hal kecil, namun dari hal kecil ini, dilihat sejatinya dirinya. diri kita yang biasa berterimaksih kepada hal-hal kecil yang dilakukan orang lain sudah pasti menjadi satu keberkahan utnuk diri kita sendiri. Berterimaksih kepada manusia adalah bentuk syukur kita kepada Tuhan.
Hhal besar itu dimulai dari hal kecil. Komunitas yang besar, itu dia menjadi besar karena ada yang kecil di didalamnya. begitu juga dengan hal berterimaksih kepada sesuatu yang kecil. Tidak perlu menunggu hal besar yang di lakukan orang lain kepada kita, baru kita berterimaksih.
Misal, saat makan di rumah makan (kalau anak kuliahan biasa di ampera..hihi), tidak ada salahnyakan kita berterimaksih kepada penjual yang mengantarkan pesanan makanan kita ke meja makannya. pasti sahabat berfikir begini.
"kan kita bayar, udah tugas merekalah".
Coba kita fikirkan secara rasional.
apakah sebenarnya tujuan mereka berjualan ?
untuk mencari nafkah bukan ?
lalu apa tujuan kita untuk makan di sana ?
untuk mengisi perut yang lapar dan tidak sempat masakkan ?
lalu, apa bedanya kebutuhan kita dengan penjual nasi tersebut ? saling membutuhkan bukan ?
apa yang kita lakukan untuk mereka yang telah mengantarkan makanannya ke meja kita ? dengan membayar ? membayar itu memang sudah seharusnya, karena kita memakan makanan yang mereka buat dengan uang mereka. lalu apa ? BERTERIMAKSIHLAH.
mereka dengan relanya mengantarkan ke meja kita, lalu kita balas dengan terimaksih.
mereka membuat nasi dengan duit mereka, duit kita pula gantinya dengan kita membayar.
jadi hal kecillah yang membuat kita besar. Bukan itu saja, masih banyak hal-hal kecil yang seharsunya kita syukuri. berterimaksih adalah bentuk syukur. saya ulangi. berterimakasih adalah bentuk syukur.
kenapa saya tekankan pada pernyataan tersebut, karena banyak diantara kita yang sudah meleyapkan budaya beretrimaksih dan bersyukur.
ketika kita berterimakasih kepada ibu kita misalnya, artinya kita telah bersyukur Allah berikan ibu seperti beliau kepada kita.
ketika berterimaksih kepada kakak yang telah mendnegarkan keluh kesah kita, artinya kita bersyukur Tuhan sandingkan kita dengannya. jadi, Berterimaksih adalah bentuk syukur kita kepada Tuhan.
ini hanya analisis kecilku tentang kejadin-kejadian yang ada pada lingkunganku. mungkin saja dilingkungan sahabtku hal-hal kecil masih banyak yang perlu kita telaah secara mendalam. ini harus menjadi perhatian bersama.
Salam Cinta
Langganan:
Postingan (Atom)