Tanggal 06 Juni 2014, aku sempat membaca status sahabat di facebook tentang rasa yang berkecambuk saatt melihat orang-orang yang istiqomah dan di status dia berkata, "kapan ya aku bisa seperti mereka".
itu hanya salah satu saja, seperti Tren Jilbab sebagai Fenomena Perusak Akidah dan Akhirnya Tanggallah Jilbab . Salah satu alasan kuno yang paling sering kita gunakan ketika kita
mulai dipaksa untuk berjilbab adalah, “Belum tentu orang yang di
luar kelihatannya baik dalamnya juga baik, dan belum tentu orang yang
diluar kelihatannya jelek dalamnya juga jelek.”
Mungkin perlu kita tanyakan pada mereka yang tidak berjilbab untuk apa mereka sekolah. Mereka pasti menjawab supaya bisa mencari kerja. Lalu tanyakan lagi, “Emangnya setiap orang yang sekolah pasti diterima kerja gitu?” tentu saja jawaban aslinya tidak. Buktinya masih banyak lulusan S1 yang masih pengangguran tapi mereka pasti menjawab, “Kan cuma sedikit yang gak diterima. Lagi pula setidaknya kan kita berusaha, supaya peluang kita diterima lebih besar aja.”
Sekarang aku akan ujarkan
Mungkin perlu kita tanyakan pada mereka yang tidak berjilbab untuk apa mereka sekolah. Mereka pasti menjawab supaya bisa mencari kerja. Lalu tanyakan lagi, “Emangnya setiap orang yang sekolah pasti diterima kerja gitu?” tentu saja jawaban aslinya tidak. Buktinya masih banyak lulusan S1 yang masih pengangguran tapi mereka pasti menjawab, “Kan cuma sedikit yang gak diterima. Lagi pula setidaknya kan kita berusaha, supaya peluang kita diterima lebih besar aja.”
Sekarang aku akan ujarkan
“NAH ITU TAHU!!”
artinya, sama halnya dengan orang yang berjilbab tapi hatinya jelek. Setidaknya ada sekitar 15% masih diterima amalannya bukan. lalu dengan berjilbab akan mendapat peluang yang lebih besar lagi pastinya.
Para sahabtku yang yang menjawab seseorang tidak bisa dinilai sampulnya ini pun sebenarnya tahu, bahwa sebenarnya seseorang memang pertama kali dinilai dari sampulnya. Itu sebabnya mereka tidak berani untuk tampil seadanya, dengan piyama, rambut acak-acakan, dan tidak mandi saat menghadiri pertemuan dnegan teman-teman dan sebagainya.
Adalagi aku menemukan tuturan sahabat kepadaku.
Para sahabtku yang yang menjawab seseorang tidak bisa dinilai sampulnya ini pun sebenarnya tahu, bahwa sebenarnya seseorang memang pertama kali dinilai dari sampulnya. Itu sebabnya mereka tidak berani untuk tampil seadanya, dengan piyama, rambut acak-acakan, dan tidak mandi saat menghadiri pertemuan dnegan teman-teman dan sebagainya.
Adalagi aku menemukan tuturan sahabat kepadaku.
"kamu sih iya sudah dari kecil dididik ayahmu berjilbab, sedangkan aku?"
Terkadang aku jadi geli sendiri mendengar tuturan sahabatku ini. tidak semua berawal dari hati dan dari dulunya, terkadang seseirangpun melakukan itu karena paksaan. bakan tidak semuanya berlaku datang dari dalam. seperti iklan lesterin.... gunakan sampai 21 hari maka kamu akan rasakan efeknya dan akan terbiasa kata pepsodent.
Apalagi, Tentu
saja aku dulu juga merasa gerah dan kepanasan tapi karena belum begitu banyak
mendapat pengaruh lagu dan pengaruh TV dan Disney untuk melawan orang
tuaku, aku dengan mudah mengabaikan cobaan rasa panas dan gatal
itu walaupun pada akhirnya aku kebobolan gawang juga, aku tanggalkan jilbabku, namun pada akhirnya aku sadar waktuku hanya sebentar lagi menurutku saat itu mau berapa lama kalau mau menunggu, nanti aku keburu mati duluan.
Sama seperti usaha, jika kamu tidak mulai berjilbab sekarang dan terus saja menunggu hingga waktu yang tepat, percayakan kalau tidak akan pernah memulainya.
Yang perlu kita yang tidak berjilbab lakukan sekarang hanyalah memulai. Coba tahankan diri kita menahan ejekan teman-teman kita tiga hari saja.
Sama seperti usaha, jika kamu tidak mulai berjilbab sekarang dan terus saja menunggu hingga waktu yang tepat, percayakan kalau tidak akan pernah memulainya.
Yang perlu kita yang tidak berjilbab lakukan sekarang hanyalah memulai. Coba tahankan diri kita menahan ejekan teman-teman kita tiga hari saja.
Katakan saja
“dipaksa mama”
“karena guru” atau
alasan lain semacamnya jika mereka bertanya.
kita harus ingat Bang Irhas pernah
bilang,
Kalau dipikir, ada benernya juga kok.
“Walaupun kamu tidak mendapat kebaikan dari baju yang kamu kenakan
itu. Setidaknya ia telah menghindarkanmu dari keburukan dan
kemaksiatan.”
Kalau dipikir, ada benernya juga kok.
bayangkan saja saat menggunakan baju yang longgar dan menutup bentuk tubuh kamu, terus kamu juga sudah menggunakan jilbab yang panjang yang nutup sampai ke dada. kalau sudah berpenampilan begitu, pastinya kamu malu
dong untuk ngupil di depan umum, ya kan? Kamu juga bakal hati-hati
berbicara dan bersikap di tempat umum kayak angkot atau bis kota. Dan tak mungkin kamu pergi ke tempat-tempat maksiat kayak diskotik
dengan jilbab itu, ya kan?
Bayangin betapa
anggunnya penampilan kamu jadinya, gara-gara sebuah kain yang kamu
letakkan di atas kepalamu.
Dengan jilbab
kamu akan mulai menarik laki-laki yang baik ke dalam kehidupanmu.
Sedikit sekali berandalan yang mau deketin gadis berjilbab, mereka lebih
suka cewek yang paha dan lekuk tubuhnya diobral gratis buat mereka.
Dengan jilbab kamu juga akan mulai menarik teman-teman yang baik yang bisa menyemangatimu untuk jadi lebih baik lagi dan menjauhkanmu dari teman-teman lamamu yang suka mengajak ke tempat maksiat.
Aku yakin di sekitarmu masih ada orang-orang yang bisa membantu dan kamu tanyai jika kamu memang punya kemauan. Kalau pun tak ada, setidaknya kamu pasti masih punya hati kecil. Dengarkanlah, maka kamu akan tahu mana yang benar dan salah.
Jadi apa kamu masih mau menunggu untuk berjilbab? Atau kamu bisa mulai sekarang?
Dengan jilbab kamu juga akan mulai menarik teman-teman yang baik yang bisa menyemangatimu untuk jadi lebih baik lagi dan menjauhkanmu dari teman-teman lamamu yang suka mengajak ke tempat maksiat.
Aku yakin di sekitarmu masih ada orang-orang yang bisa membantu dan kamu tanyai jika kamu memang punya kemauan. Kalau pun tak ada, setidaknya kamu pasti masih punya hati kecil. Dengarkanlah, maka kamu akan tahu mana yang benar dan salah.
Jadi apa kamu masih mau menunggu untuk berjilbab? Atau kamu bisa mulai sekarang?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar