Pada
surah Al-Fathihah tepatnya pada ayat ke 6 ada kalimat,
“Tunjukilah kami jalan yang lurus.”
Sehingga ini menjadi
satu pertanyaan, kenapa harus kata “Di jalan yang “LURUS”? Bukan di jalan yang
“BENAR” bukankah seseorang dimintai berlaku benar terhadap agamanya, bukan
berlaku lurus. Setelelah ditelaah dari segi agama dan semantik banyak kajian
yang diketahui.
Berikut analisis saya.
- Depdiknas (2008:851), “lurus” adalah memanjang hanya dalam satu arah, tanpa belokan atau lengkungan (tentang garis, jalan,dsb).
Sedangkan
kata “benar” dalam Depdiknas (2008:167) adalah sesuai sebagai mana adanya
(seharusnya); betul; tidak salah.
- Berdasarkan tafsir Al-Quran, jalan yang lurus yang dimaksudkan adalah jalan hidup yang benar yang dapat membuat bahagia di dunia dan akhirat.
Dari
pernyataan tersebut saya memahami bahwa jalan di dalam ayat ke 6 QS.
Al-Fathihah ini menggambarkan makhluk meminta kepada penciptanya untuk di
tujuki jalan yang lurus dalam artian hanya dalam satu arah saja. jika
dianalogikan ke dalam kajian norma(adat) yang berlaku dalam kehidupan manusia
kata lurus ini sudah tentu benar namun kata benar belum tentu lurus. Misalnya,
jika di dalam agama seorang wanita diwajibkan berjilbab yakni berbusana
muslim terusan panjang menutupi seluruh badan kecuali telapak tangan dan wajah
yang biasa dikenakan oleh para wanita muslim. Namun jika kita melihat dari segi
adat yang berlaku bukankah yang diminta adalah pakaian sopan saja. Pakaian
sopan belum tentu berjilbab namun jika berjilbab menurut syariat sudah pasti sopan.
- Kata ”jalan” menurut kajian sintaksis dan semantiknya lebih layak disandingkan dengan kata “lurus”.
- Pada dasarnya ayat ini menganalogikan, sebab Al-Qur’an mempunyai bahasa yang tidak bisa ditandingi oleh manusia ataupun makhluknya. Dalam ayat ini seseorang meminta agar ditunjuki jalan yang lurus, ini dilafazdkan dengan hatinya, bukan gerakannya. Hatinya yang minta diluruskan, untuk selalu mengikuti jalan-jalan yang telah Allah gariskan untuknya. Tidak membelok kemana-mana hingga membuat dirinya lalai ataupun menjadi kafir. Pada dasarnya ayat-ayat Allah perlu kita kaji dengan hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar